Saturday 8 June 2013

Aku Ingin Jogja .....

AKU INGIN JOGJA …..
Jogja dan Jogja, kota yang selalu akan menjadi topik perbincangan setiap orang di Indonesia. Bagaimana bisa? Yah, kota ini dikenal dengan masyarakatnya yang ramah tamah dan keindahannya yang sangat klasik. Kemana pun melangkah, mata kita akan selalu disuguhkan oleh bangunan – bangunan tua nan indah peninggalan sultan – sultan di Jogja di masa dulu. Hingga saat ini pun kenikmatan tersebut masih terasa dan akan tetap bertahan walau di terpa jaman yang semakin maju.

Sedikit cerita, saya datang dari Makassar menuju kota Jogja pada pertengahan 2005 untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Banyak teman bertanya – tanya tentang alasan saya berkuliah di Jogja. Saya hanya bisa menjawab dengan kalimat singkat. Di sana saya akan belajar bukan hanya dari bangku kuliah tapi juga dari masyarakat dan lingkungannya. Dan betul saja, saya mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman menarik tentang hidup selama berada di kota ini. Maka tak salah jika warga asli Jogja menyebut kota mereka dengan sebutan Jogja Istimewa.

Hal istimewa dari kota ini yang paling saya rasakan dulu adalah suasananya yang tenang dan rindang. Masih teringat di kepala saya akan kota yang sangat jarang mengalami kemacetan. Kita bisa berjalan menikmati Jogja di sore hari sambil bersepeda tanpa harus khawatir akan jalanan yang padat dan berpolusi. Ditambah lagi, perjalanan kami tersebut disuguhi dengan kesejukan udara dari taman – taman yang terdapat di hampir sepanjang jalan perjalanan.


Hal istimewa lain yang saya dapatkan adalah masyarakat Jogja yang majemuk. Bagaimana tidak, hampir seluruh anak bangsa di segala penjuru Indonesia datang untuk menimbah ilmu di kota ini, kota pendidikan. Banyak universitas – universitas ternama yang siap membantu mereka mewujudkan cita – cita. Tak hanya sekedar mewujudkan cita tapi juga membentuk pribadi mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Pribadi yang tidak hanya mengutamakan nilai dari bangku kuliah tapi mengsinergikannya dengan nilai – nilai tenggang rasa dan toleransi.


Namun perlahan, keindahan Jogja ini mulai memudar. Banyaknya kendaraan memenuhi jalan, baik di pagi hari maupun malam membuat kemacetan menjadi makanan sehari - hari. Tak hanya disitu, para pengendara pun mulai menjadi egois dalam berkendara. Hanya sedikit yang rela berhenti untuk mempersilahkan orang lain untuk menyebrang. Hanya sedikit dari mereka yang mematuhi aturan di jalanan, memakai helm ketika berkendara, mematuhi rambu lalu lintas terutama di lampu merah.

Hal lain yang membuat kenyamanan kota Jogja memudar adalah hilangnya rasa toleransi dan kepedulian terhadap sesama. Hal ini dapat terlihat dari bertambah banyaknya kasus kriminal yang berasal dari kesalah pahaman saja. Tentu hal ini bertentangan dengan visi misi Jogja sebagai kota pendidikan dimana harusnya kita mengatasi berbagai masalah secara terdidik.


Sebagai pendatang yang telah jatuh cinta juga ikut prihatin melihat keadaan kota Jogjakarta yang sekarang. Kota ini telah menjadi rumah kedua bagi saya dan pribadi saya terlebih. Saya ingin kembali melihat Jogjakarta menjadi kota yang aman dan rindang. Menjadi kota yang menghargai perbedaan dan mementingkan rasa toleransi dan kepedulian kepada sesama. Saya ingin melihat kota ini menjadi tempat yang hangat bagi siapa pun yang berkunjung dan kembali menjadi tempat para anak bangsa menimbah ilmu dan mengasah kepribadian yang lebih baik. Jogja akan istimewa dan selalu istimewa dengan kekhasannya sendiri. Dengan kekhasannya itu pula yang membuat Jogja selalu menjadi tempat yang selalu dirindukan.

Semoga artikel Aku Ingin Jogja ini dapat menjadi referensi bagi yang ingin singgah atau sekedar bermain di Jogjakarta.